Selasa, 31 Desember 2019


MONSTER

Pelan namun pasti, Edgar membunuh nuraninya sendiri. Menusuk berkali-kali dengan pisau bernama “resiko menjadi komandan”. Saat dihadapkan pada situasi yang teramat sulit, tak ada lagi tabir yang mengaburkan keputusannya. Segalanya terasa amat jelas, bahkan ketika pilihan itu hanya akan membunuh tentara-tentaranya.

‘Kalian semua akan mati karena aku’

Darah para prajurit menodai kaki.

Edgar adalah monster untuk dirinya sendiri.

Saat ia mulai merasa mati rasa melihat prajuritnya meregang nyawa demi menjalankan perintahnya, di sanalah Dean berperan sebagai katalisator. Menyadarkannya, bagaimana rasanya pedih kehilangan. Menghidupkan sisi kemanusiaannya. Bagi Edgar dan Dean, kala di mana maut hanya berjarak sejengkal dari mereka, yang mereka lakukan hanyalah devosi abadi untuk saling melindungi. Berjuang bertahan hidup, adalah bentuk afeksi yang mereka pilih. Membawa sisi lain dari seorang Edgar –yang hanya ia tunjukkan pada orang-orang terdekatnya—menuju ke permukaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

World History

MONSTER Pelan namun pasti, Edgar membunuh nuraninya sendiri. Menusuk berkali-kali dengan pisau bernama “resiko menjadi komandan”. Saat...