gambar: https://www.gurugeografi.id/2017/05/lahan-kritis-dan-potensial-ciri-dan.html
Tanah
Jawa merupakan sebuah pulau besar yang banyak penduduknya. Pedesaan masih
tersebar di seluruh Jawa, meski dengan derasnya modernisasi yang terus menubruk
peradaban manusia. Sebagian penduduk yang tinggal di Desa kebanyakan berprofesi
sebagai petani, karena lahan persawahan yang masih tersedia.
Baru-baru
ini, terdapat permasalahan inti yang dialami oleh semua petani di lokasi
pertaniannya masing-masing. Hal yang sama juga terjadi di wilayah dengan
eskalasi yang tidak jauh berbeda. Tidak adanya kemampuan solusi yang cepat atas
permasalahan inti inilah, yang menyebabkan rendahnya produktifitas lahan dan
tanaman sehingga menyebabkan pendapatan para petani sering pada posisi rendah
dan bahkan kadang kala malah merugi. Keadaan ini malah diperparah dengan faktor
paksa panen yang selalu di lakukan petani. Karena kebutuhan akan pangan terus
meningkat, juga untuk menutup modal yang telah dikeluarkan dalam satu kali masa
tani. Tanah persawahan normalnya tidak boleh ditanami terlalu sering, hal ini
malah akan menurunkan unsur hara yang terkandung dalam tanah, akibatnya hasil
panen yang diinginkan pun tidak akan sesuai dengan keinginan petani.
Lahan
tanaman pangan di pulau Jawa sudah terlalu sering menggunakan pupuk kimia
anorganik, mengakibatkan unsur hara semakin miskin dan banyak jasad renik tanah
mati. Dampaknya adalah tanah yang semakin asam dan diperlukan pengapuran, juga
rekondisi tanah dengan bahan organik untuk dapat menghidupkan kembali jasad
renik yang ada di dalam tanah lahan pertanian tersebut.
Penurunan
tingkat unsurb hara tanah terjadi karena berbagai faktor, dan faktor yang
paling umum adalah karena pola penggunaan pupuk kimia yang sudah lazim
digunakan pada segala sektor pertanian. Pola pemupukan yang terlalu lama
menurunkan tingkat unsur hara dalam tanah, dan dengan pemupukan yang
berulang-ulang, sebenarnya cara ini adalah cara yang salah jika sama sekali
tidak ada upaya pemupukan dengan unsur organik berjangka panjang.
Dari
penjelasan diatas, pemanfaatan biopestisida sangat diperlukan demi memperbaiki
tanah yang telah tercemar oleh pupuk kimia anorganik. Biopestisida memiliki
keuntungan dibandingkan dengan pestisida kimia. Mikroba yang di gunakan ialah baculovirus yang di semprotkan pada
hama. Bakteri lain yang digunakan adalah bacillus thuringiensis. Selama bakteri
membentuk spora, bakteri ini menghasilkan Kristal-kristal racun yang disebut
racun Bt. Racun inilah yang membuat pestisida tersebut manjur untuk
menghentikan pertumbuhan hama tanpa membuat tanah menjadi kritis dan
memiskinkan unsur hara yang terkandung. Tentunya, penanganan ini masih perlu
pengembangan lagi dan lagi untuk mencapai kesempurnaan sebuah solusi dalam
menangani lahan kritis dan tanah yang miskin unsur hara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar